Jumat, 26 April 2013

CINTAKU TAK SEMANIS CINDOL .. TAPI SEASAM TAPE'


                     CINTAKU TAK SEMANIS CINDOL .. TAPI SEASAM  TAPE'

“Juliet, lagi sibuk ko nah ?” aku segera mengalihkan pandangan ku kearah sumber suara yang tepat berada di samping ku. Dan aku melihat sesosok tubuh tegap dengan wajah nya yang rupawan telah duduk di samping ku.
“emmm…Ndag, apa kenapaii kah ?” Tanya ku kepada Rambo.
“mau bikin acara anak Osis nah ?” Tanya Rambo dan sejenak aku menatap bola matanya yang hitam pekat, hidung nya yang mancung, alis mata nya yang tebal dan wajah nya yang apa moee ?…”
“ule', juliet kenapa bingung ko?” ucapan Rambo membuyarkan lamunan ku. Dan aku tersadar dengan raut wajah yang merah karena malu. Hadduh… bodoh sekali aku ini!”
“ehh.. maaf mbo'. Oia apa tadi mubilang ?”
“mau bikin anak Osis acara nah?”
“oh, iya mbo'. Rencana nya kita mau bikin acara perpisahannya anak kelas 3 !"
“acaranya tanggal berapa? kalau bisa jangan sampe bertabrakan sama turnamen basket nah ?.”
“apa kenapai kalo tabrakan kah ?”
“aduuuh… besar tapi tetap saja polos. Hehehehe.” Goda Rambo yang membuat ku senyum-senyum sendiri.
“iihh… ambo', ndag mengeerti apa maksudta'. Lagian apa hubungan nya antara perpisahan sama Turnamen basket ?” aku semakin bingung di buatnya.
“begini ule', nanti kalau acara Perpisahan nya tabrakan sama turnamen basket, bisa-bisa sekolah kita ndag penontonnya ule'. Ngerti?” ucap Rambo dengan senyum manis yang disertai dengan lesung pipi nya yang terselip diantara wajahnya yang tampan.
“hehehe begitu nah ?. iya iya mengeerti ja'. Nantipi ku kabari ki nah, soalnya apa mauka dulu rapat sama anak Osis kapan dilaksanakan perpisahan, eh' apa tanggal berapa pi itu turnamen basket ?"
“tanggal 16 Ule'. Kalau bisa jangan sampai tabrakan nah ? luka ki itu, hehehehe..” eh pergi ka dulu kantin nah !. Lalu Rambo beranjak meninggalkan ku.
Well… kejadian kemarin siang itu ngebuat aku jadi senyum-senyum sendiri. Masih terbayang dengan jelas betapa tampan dan manis nya wajah Rambo. Aku cukup dekat dengannya, kita sudah berteman sejak kita masuk di sekolah yang sama. Sudah tiga tahun ini aku menjadi pengaggum rahasia nya. Oh.. tuhan entah sampai kapan aku harus memendam perasaan ini. Perasaan yang sukses membuat hati ku tertutup untuk orang lain kecuali Rambo gare’.
“asalamualaikum Ulet !!.” Cicci datang menghampiri ku saat aku sedang sibuk membuat susunan acara perpisahan  di ruang osis.
“wa.alaikum salam. Nin, hmm.. mubikin kaget ka’ aii !!.” Ucap ku tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop ku.
hahaha.. serius sekaliko je’. Oia, ini anggaran dana untuk perpisahan, cek cek mi saja dulu, kalau ada yang mau diperbaiki !!.
“oke deh. Makasih nah !!.” Aku tersenyum menatap sahabat ku ini.
hehehe, sama- sama.”
“oia, untung saja acara ini ndag tabrakan sama turnamen basket.”
kenapaikah ?” Tanya Cicci seraya mengambil air minum dari dalam tas nya.
“kalau acara ini tabrakan sama turnamen basket, bisa-bisa team basket sekolah kita nanti ndag ada suporternya nin !”.
“oh gitu. Ya ya ya mengerma’. Ahh… tapi bilang moko saja, supaya bisamu dukung Rambo di turnamen itu. Toh ? hayooo ngaku. Hehehehe” Cicci menggoda ku dengan semangat. Wajah ku merah merona dibuat nya.
“ahh..Cicci, mukasi sala-sala gau ka’ee. Hemph… terkadang bingungka’tentang persaanku sama Rambo.” Ucap ku seraya mematikan tombol off pada laptop ku dan memasukan nya ke dalam tas ku.
“bingung kenapa?”
kan mu tau ji, aku dari dulu kusuka i Rambo, tapi pernahka punya keberanian untuk ungkapkan ii ke Rambo.” Ucap ku dengan nada sendu
“terus mau sampai kapan moko pendam itu perasaanmu ule’?”
ndag tau mi.” Jawab ku singkat.

Waktu terus berjalan, raja siang seakan cepat berganti dengan dewi rembulan. Detak jarum seakan cepat berputar, namun perasaan ku terhadap Rambo tak kunjung hilang gare’. Hari ini ujian semester telah berakhir, dan itu artinya tinggal beberapa hari lagi turnamen basket akan segera di laksanakan. Aku sangat antusias menyambut nya, aku sudah tidak sabar melihat Rambo berlaga di lapangan basket.

Juliet, uleeettt !.” aku menghentikan langkah ku.
“iyah mbo’? ada apa?” Tanya ku
mau ki kemana ?
mauka ke kantin, soalnya natunggu ka Cicci disana.
“ Ooo.. Pale  !!”. sambil tersenyum.
 “apa kenapai kah ? mauki juga ke kantin nah ?”
 “emm… ndag. Titip salam ja deh buat Cicci.” Rambo tersenyum manis dan aku menikmati indah nya senyuman itu. ahhh… lagi-lagi hati ku bergetar di buatnya.
“oke. Nanti aku sampaikan salam mu.” Entah ini yang ke berapa kalinya Rambo sering menitipkan salam unutk Cicci. Terkadang aku merasa cemburu jika Rambo mengatakan hal itu. tapi apa boleh buat, aku tidak memiliki hak untuk melarang apalagi untuk cemburu. Dan aku segera mengusir pikiran buruk itu dari pikiran ku.
“oia Ule’, ada semut dijalbab mu !.” Ucap Rambo
“astaguletullah, masa ? dimana?” aku reflex membersihkan seluruh jilbab ku dengan ke dua tangan ku. Namun tiba-tiba… ”
hahaha, seolah olah ja’ juliet. Oia,ku tungguki di turnamen nanti. Bye.” Tiba-tiba Rambo mendekatkan wajah nya kearah ku dan membisikan kata-kata itu tepat di telinga ku. Ya tuhan… sungguh, apakah ini nyata? aku sedang tidak bermimpi bukan?. Aku hanya bisa terpaku dalam diam, membayangkan dan mengingat setiap inci gerakan serta ucapan yang baru saja Rambo katakan pada ku. Tutur katanya, tatapan nya dan cara nya yang membuat ku salah tingkah seakan menjadi setetes air hujan yang mampu menyejukan hati ku.
“Makasih nah dating semuaki di trunamen.” Ucap Rambo saat kita sedang berada di Gor untuk menyaksikan turnamen basket antar sekolah Se-Polewali Mandar.
Rambo. Selamat ya atas kemenangan nya. Sebagai hadiah nya, nanti ku traktir ki nanti ke warungnya Kindo Mina. Minum Es Cinta (Cindol Anna Tape), heheh” Ucap ku seraya menjulurkan tangan ku di susul dengan Cicci yang berjabat tangan dengan Rambo. Alhamdulilah, untuk yang ke sekian kali nya team basket sekolah ku menjadi juara dalam turnamen basket antar sekolah Se-Polewali Mandar.
“wahh boleh-boleh. Asik, minum boramiki nanti Es Cinta ( Cindol Anna Tape ). oia, mauka’ bicara dulu sama Cicci, boleh ji toh ? Tanya Rambo.
“oh iya. Silahkan. “ dan aku membiarkan mereka pergi. Aku hanya mematung dan bertanya dalam hati, apa yang sedang mereka bicarakan.
Satu minggu kemudian acara Perpisahan pun di selenggarakan. Acara nya berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Selama kegiatan tidak terjadi hal-hal yang aneh. Hanya saja aku sering melihat Rambo mendekati Cicci, namun Cicci selalu menghindar. Entah apa yang terjadi diantara mereka berdua. Aku hanya bisa menyimpan Tanya karena aku tidak ingin banyak bicara. Wajar saja kalau mereka berdua dekat satu sama lain, toh mereka juga berteman sejak kita masuk di sekolah ini.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Sekarang aku sudah semester akhir. Dan beberapa bulan lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional. Ujian yang akan menentukan nasib ku selama tiga tahun menuntut ilmu di sekolah ini. Kini kegiatan lain sudah aku tinggalkan, aku mulai fokus untuk belajar, sudah banyak tugas, ujian praktek serta ujian akhir sekolah siap menanti ku sebelum aku melaksanakan Ujian Nasional.
Aku pun sudah jarang bertemu dengan Rambo meskipun kita satu sekolah. Ya.. aku maklumi, hal ini terjadi mungkin karena kami berbeda kelas. Aku semakin menyibukan diri ku dengan kegiatan pendalaman materi di tambah lagi dengan bimbel private yang setiap sore rutin aku laksanakan di rumah bersama guru les ku. Hal ini aku lakukan agar aku bisa lulus dengan nilai yang baik dan bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutakn kuliah di Jogja... Amin Al-fatiha…
Ya… sekolah ku memang menjalin kerja sama dengan beberapa universitas ternama di Yogyakarta. Aku ingin sekali mendapatkan beasiswa itu, apalagi mendapatkan beasiswa untuk fakultas Ilmu Komunikasi. Menjadi seorang jurnalis adalah mimpi terbesar ku.
“Juliet, bemana perasaanmu dengan ujian nasional?” Tanya Cicci saat kita sedang berada di kantin.
“alhamdulilah sudah cukup baik. Ya semoga saja hasil belajar ku selama ini ndag sia-sia ji.”
“amin.” Lalu Cicci tersenyum manis.
“oia, lanjut dimana ko nanti ?” Tanya ku
tetap ja saya di Polewali. Mauka kuliah disini dan cari kerja disini. Kalau kau?”
“emm.. ndag ma’ ini, tapi lagi usahaka buat dapapt beasiswa di Jogja. Mu tau ji toh kalo mauka jadi jurnalis ?”
“iyah ku tauji beb. Itu kan mimpi besar kamu. Aku doakan semoga terwujud.” Lalu aku dan Cicci saling menebar senyum.
“hey, lagi gossip apa ?” tiba-tiba Rambo datang dan mengambil posisi duduk di samping Cicci.
“lagi ngebahas tentang rencana kita setelah lulus.” Jawab ku
“maaf, duluan ka nah ?. mauka ke Lab, dulu.” Ucap Cicci seraya pergi meninggalkan aku dan Rambo. Lagi-lagi Cicci menghindar setiap kali ada Cicci di dekat nya. Hemph… entah lah, aku ndag mau ambil pusing.
kenapa itu Cicci? kalau ku perhatikan, menghindar terus setiap kalo adaki Rambo.’
“emmm… ndag tau maka juga.”
“oia setelah ini, mau ki lanjut dimana ?”
“aku sih mau stay di polewali ja’ saja. Soalnya…?”
“soalnya apa?” Tanya ku penasaran
“soalnya someone special aku akan tetap stay disini.”
Bagai disambar petir di siang bolong, aku tercengang mendengar ucapan Rambo. Someone special? siapa? apakah Cicci? karena Cicci akan tetap stay di Poleali. Ahh aku rasa bukan. Mana mungkin Cicci. Aku segera menepis pikiran itu. karena tidak mungkin jika sahabat ku tega mengkhianati ku. Tak sadar aku meneteskan air mata ku. Aku pergi meninggalkan Rambo. Aku menangis terisak dengan sesak!.
Setelah ujian berakhir, aku mendapat kabar dari bapak kepala sekolah jika aku mendapatkan nilai terbaik dan berhak untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Jogja. Tanpa pikir panjang aku segera menerima tawaran beasiswa itu. aku mulai mempersiapkan diri ku untuk keberangkatan ku ke Jogja tiga hari lagi. Aku senang karena aku berhasil mendapatkan apa yang ku mau. Ini mimpi ku dan aku segera mewujudkan nya.
“selamat nah, semoga mimpi mu untuk menjadi seorang Jurnalis dapat tercapai.” Ucap Cicci saat dia mengantar ku ke airport.
“iya. Maksih Beb. Makasih juga karena selama ini kamu sudah jadi sahabat yang baik buat aku. Sering-sering kabari sya nah.” ucap ku seraya memeluk Cicci.
Ulet, boleh ka nanya sama kamu nah ?”
“apa?”
bemana mi perasaanmu sama Rambo ? sudah muungkapkan nah ?”
“hemph… kayak nya mauka kuubur perasaan ini dalam-dalam. Mauka juga berusaha lupakan ih . Karena dia lebih mencintai orang lain.”
yakin, bisa ?”
yakin ka’ beb, aku pasti bisa. Percaya deh sama saya.” Aku tersenyum walau sebenarnya hati ku sangat rapuh. Entah siapa wanita yang Rambo cintai. Hingga saat ini, perasaan yang terpendam tiga tahun lalu, harus ku bisa ku buang jauh-jauh dari hati ku.
Aku menjalankan tugas ku sebagai seorang mahasiswa sebagaimana mestinya. Terkadang aku masih sering mengingat masa-masa SMA dahulu. Aku sering memikirkan, siapa wanita yang dicintai Rambo selama ini. Selama aku tinggal di Jogja, banyak hal yang sebenarnya ingin aku ceritakan kepada Cicci. Namun aku selalu mengurungkan niat ku karena aku takut mengganggu kuliah Cicci disana. Jadi selama 2 tahun belakangan ini, aku tidak pernah menghubungi Cicci meskipun lewat sms atau telepon. Aku hanya sering melihat beranda nya dalam dunia maya. Dan aku rasa dia baik-baik saja. Selama 2 tahun pula aku tidak pernah pulang ke Polewali. Aku rindu Polewali, aku rindu Kindo Mina, aku rindu sekali dengan kenikmatan ES CINTA ( Cindol anna Tapenya ) aku rindu ke dua orang tua ku, aku rindu Cicci dan terlebih Rambo.
Saat ini aku sedang menyelesaikan skripsi ku. Dan insya allah bulan depan aku akan di wisuda. dan setelah itu aku akan pulang ke Polewali dan akan menemui Cicci serta Rambo.
Hari ini aku bahagia sekali. Karena aku akan bertemu dengan Rambo dan Cicci. Kami bertiga akan bertemu warung Kindo Mina. Aku sudah tidak sabar untuk member tahu mereka jika aku sudah menjadi seorang jurnalis. Mimpi ku telah tercapai. Ya… mimpi ku!
“asalamualaikum bebbb..” ucap Cicci seraya menghampiri ku dan memeluk ku. Dan aku duduk bersebrangan dengan Cicci serta Rambo. Aku, Rambo, dan Cicci membicarakan banyak hal. Terutama Mengenang masa-masa SMA dahulu. Obrolan kami berjalan dengan baik tanpa ada terjadi hal aneh. Semua terasa biasa saja. Dan aku bahagia dapat bertemu dengan Rambo kembali. Jujur.. selama 2 tahun aku di Jogja, aku tidak bisa melupkan Rambo sedikit pun. Dan hati ku masih di kuasai oleh sosok indah itu.
“ulet, ada yang mau aku sampaikan sama kamu.” ucap Rambo
“apa itu ambo’?”
“ini undangan pernikahaku. Datang ki nah ?.” Ya allah… apakah ini mimpi? Rambo menikah? menikah dengan siapa? seakan-akan hati ku terluluh lantahkan. Tubuh ku kaku. Aku lemas, air mata ku mulai mengembang namun aku berusaha menahan nya. Dan ku buka perlahan kertas undangan itu.
“Cicci Citra Cinna Cestari?” ya tuhan… itu semakin membuat ku terluka. Rasanya aku ingin mati saat ini juga. Cicci, sahabat yang selama ini aku anggap baik dan sudah seperti saudara ku sendiri, dia tega mengkhianati ku seperti ini. Untung lah aku masih bisa menahan air mata ku.
“kenapa ko uliet ?” Tanya Cicci
“ndag . A… aku ndag nyangka saja kalau kalian mau menikah.”
“ndag marahko sama saya ulet?  sudah kuceritakan semua nya ke Rambo tentang perasaan mu. Dan kamu juga bilang kalau kamu akan berusaha untuk lupakan i Rambo.” Ucap Cicci
“jadi selama ini, wanita yang dicintai Rambo adalah kamu nah ?”
“iya ulet, itu sebabnya kenapa Rambo sering titip salam ke kamu buat sya waktu kita masih SMA dahulu. Waktu di turnamen basket, sebenarnya Rambo na tembak ka tapi ku tolak ii karena ndag enakka sama kamu. Dan itu sebabnya, kenapa selaluka menghindar setiap kali ada Rambo, karena mauka jaga perasaanmu. Dan setelah kamu pergi bahkan bilangko akan lupakan Rambo, di situ mulaima’ berani untuk mencintai Rambo. ndag marah jiki ulet nah?” Jelas Cicci panjang lebar. Sungguh ini semua membuat sangat hampa. Andai Cicci tau jika aku tidak pernah bisa untuk melupakan Rambo.
“untuk apa marahka’ ? itu hak kalian. Selamat atas pernikahannya. Dating ja’ itu. Maaf mau ka dulu pergi. ada janjiku sama orangtuaku mau makan malam di rumah.” Lalu aku pergi meninggalkan mereka. Selama perjalanan aku tak bisa menghentikan air mata ku. Rasanya hidup ini sudah tidak ada artinya lagi. 2 tahun aku berusaha melupakan Rambo namun yang ada hanya rasa cinta yang semakin besar. Namun apa kenyataan yang aku dapat setelah aku kembali ke jogja? justru obat penawar rindu yg pahit yang harus aku terima.
Nak, kenapaki? kok sedih? harusnya senangki sudah ketemu sama Rambo dan Cicci.”
hmm.. lagi ndag mauka bahas I tentang mereka ma’. “ aku duduk dengan lesu
ya’ sudah minum mi dulu itu ES Cinta. Sudah topaki ku belikan ki nak, jangan mi dulu sedih, nanti Cantik dan manis nya hilang I nak.” Ucap ibu ku dengan senyuman.
kita kira, saya ini Cindol yang rasanya manis.’’ucap ku dengan nada manja
hamma’ manis sekali ki nak kayak Cindolnya Kindo Mina..” Gombal Ibu.
“iya ma’, tapi kisah cinta ku ndag semanis Cindol, tapi seasam Tape I ma’.!” aku melemparkan kertas undangan itu ke atas meja dan meninggalkan ibu ku. Dan aku segera menuju kamar dengan berlinang air mata.
SELESAI