LIPAQ SABBE MANDAR
Aku mengukir bersama jemari tua yang digoreskan
padanya,
Disela iringan irama Panetteq yang menenun sutra,
Aku merasa dihidupkan dengan jiwa yang hangat,
Seiring putaran Roeng untuk menyempurnakan benang.
Disela iringan irama Panetteq yang menenun sutra,
Aku merasa dihidupkan dengan jiwa yang hangat,
Seiring putaran Roeng untuk menyempurnakan benang.
Walau ku lihat lelah keriput mulai terlihat,
Dengan kesabaran Ia memadukan antara kotak dan garis,
Penuh senyum menyambut benang yang dibuatnya tanpa satupun terlewatkan,
Dan aku mulai membaca lembaran-lembarannya,
Yang penuh pesona dan makna.
Merah, putih, hitam dan biru nan lembut,
Berhiaskan tenunan penuh arti
keagungan, keanggunan, kesucian,
Diantara kotak dan garis indah nan kuat,
Berpadu dengan lambang dan motif-motif khas,
Dengan konsep yang sangat sempurna,
Untuk tetap berjuang mempertahankan kesempurnaan di kehidupan,
Lipaq Sabbe, keindahan dan kelembutanmu
Tak akan pernah pudar,
Lipaq Sabbe, kaulah warisan budaya leluhur suku Mandar,
Yang akan abadi selalu dan selamanya.
Dengan kesabaran Ia memadukan antara kotak dan garis,
Penuh senyum menyambut benang yang dibuatnya tanpa satupun terlewatkan,
Dan aku mulai membaca lembaran-lembarannya,
Yang penuh pesona dan makna.
Merah, putih, hitam dan biru nan lembut,
Berhiaskan tenunan penuh arti
keagungan, keanggunan, kesucian,
Diantara kotak dan garis indah nan kuat,
Berpadu dengan lambang dan motif-motif khas,
Dengan konsep yang sangat sempurna,
Untuk tetap berjuang mempertahankan kesempurnaan di kehidupan,
Lipaq Sabbe, keindahan dan kelembutanmu
Tak akan pernah pudar,
Lipaq Sabbe, kaulah warisan budaya leluhur suku Mandar,
Yang akan abadi selalu dan selamanya.