CINTAKU TAK SEMANIS CINDOL .. TAPI SEASAM TAPE'
“Juliet,
lagi sibuk ko nah ?” aku segera mengalihkan pandangan ku kearah sumber suara
yang tepat berada di samping ku. Dan aku melihat sesosok tubuh tegap dengan
wajah nya yang rupawan telah duduk di samping ku.
“emmm…Ndag, apa kenapaii kah ?”
Tanya ku kepada Rambo.
“mau bikin acara anak Osis nah ?”
Tanya Rambo dan sejenak aku menatap bola matanya yang hitam pekat, hidung nya
yang mancung, alis mata nya yang tebal dan wajah nya yang apa moee ?…”
“ule', juliet kenapa bingung ko?”
ucapan Rambo membuyarkan lamunan ku. Dan aku tersadar dengan raut wajah yang
merah karena malu. Hadduh… bodoh sekali aku ini!”
“ehh.. maaf mbo'. Oia apa tadi
mubilang ?”
“mau bikin anak Osis acara nah?”
“oh, iya mbo'. Rencana nya kita mau
bikin acara perpisahannya anak kelas 3 !"
“acaranya tanggal berapa? kalau
bisa jangan sampe bertabrakan sama turnamen basket nah ?.”
“apa kenapai kalo tabrakan kah ?”
“aduuuh… besar tapi tetap saja
polos. Hehehehe.” Goda Rambo yang membuat ku senyum-senyum sendiri.
“iihh… ambo', ndag mengeerti apa
maksudta'. Lagian apa hubungan nya antara perpisahan sama Turnamen basket ?”
aku semakin bingung di buatnya.
“begini ule', nanti kalau acara
Perpisahan nya tabrakan sama turnamen basket, bisa-bisa sekolah kita ndag
penontonnya ule'. Ngerti?” ucap Rambo dengan senyum manis yang disertai dengan
lesung pipi nya yang terselip diantara wajahnya yang tampan.
“hehehe begitu nah ?. iya iya
mengeerti ja'. Nantipi ku kabari ki nah, soalnya apa mauka dulu rapat sama anak
Osis kapan dilaksanakan perpisahan, eh' apa tanggal berapa pi itu turnamen
basket
?"
“tanggal 16 Ule'. Kalau bisa jangan
sampai tabrakan nah ? luka ki itu, hehehehe..” eh pergi ka dulu kantin nah !.
Lalu Rambo beranjak meninggalkan ku.
Well…
kejadian kemarin siang itu ngebuat aku jadi senyum-senyum sendiri. Masih
terbayang dengan jelas betapa tampan dan manis nya wajah Rambo. Aku cukup dekat
dengannya,
kita sudah berteman sejak kita masuk di sekolah yang sama. Sudah tiga tahun ini
aku menjadi pengaggum rahasia nya. Oh.. tuhan entah sampai kapan aku harus
memendam perasaan ini. Perasaan yang sukses membuat hati ku tertutup untuk
orang lain kecuali Rambo gare’.
“asalamualaikum Ulet !!.” Cicci datang menghampiri ku
saat aku sedang sibuk membuat susunan acara perpisahan di ruang osis.
“wa.alaikum salam. Nin, hmm.. mubikin kaget ka’ aii !!.” Ucap ku tanpa
mengalihkan pandangan dari layar laptop ku.
“hahaha.. serius sekaliko je’. Oia, ini anggaran
dana untuk perpisahan, cek cek mi saja dulu, kalau ada yang mau
diperbaiki !!.
“oke deh. Makasih nah !!.” Aku tersenyum
menatap sahabat ku ini.
“hehehe, sama- sama.”
“oia, untung saja acara ini ndag
tabrakan sama turnamen
basket.”
“kenapaikah ?” Tanya Cicci seraya mengambil air
minum dari dalam tas nya.
“kalau acara ini tabrakan sama turnamen basket,
bisa-bisa team basket sekolah kita nanti ndag ada suporternya nin !”.
“oh gitu. Ya ya ya mengerma’. Ahh… tapi bilang moko
saja,
supaya bisamu dukung Rambo di turnamen itu. Toh ? hayooo ngaku. Hehehehe” Cicci menggoda ku dengan
semangat. Wajah ku merah merona dibuat nya.
“ahh..Cicci,
mukasi sala-sala gau ka’ee. Hemph… terkadang bingungka’tentang persaanku sama
Rambo.”
Ucap ku seraya mematikan tombol off pada laptop ku dan memasukan nya ke dalam
tas ku.
“bingung kenapa?”
“kan mu tau ji, aku dari dulu
kusuka i Rambo, tapi pernahka punya keberanian untuk ungkapkan ii ke Rambo.” Ucap ku dengan nada
sendu
“terus mau sampai kapan moko
pendam itu perasaanmu ule’?”
“ndag tau mi.” Jawab ku singkat.
Waktu
terus berjalan, raja siang seakan cepat berganti dengan dewi rembulan. Detak
jarum seakan cepat berputar, namun perasaan ku terhadap Rambo tak kunjung hilang gare’. Hari ini ujian
semester telah berakhir, dan itu artinya tinggal beberapa hari lagi turnamen
basket akan segera di laksanakan. Aku sangat antusias menyambut nya, aku sudah
tidak sabar melihat Rambo berlaga di lapangan basket.
“Juliet, uleeettt !.” aku menghentikan
langkah ku.
“iyah mbo’? ada apa?” Tanya ku
“mau ki kemana ?
“mauka ke kantin, soalnya natunggu ka
Cicci
disana”.
“ Ooo..
Pale !!”. sambil tersenyum.
“apa kenapai kah ? mauki juga ke kantin nah ?”
“emm… ndag. Titip salam ja deh
buat Cicci.”
Rambo
tersenyum manis dan aku menikmati indah nya senyuman itu. ahhh… lagi-lagi hati
ku bergetar di buatnya.
“oke. Nanti aku sampaikan salam mu.” Entah ini yang ke
berapa kalinya Rambo sering menitipkan salam unutk Cicci. Terkadang aku merasa cemburu jika
Rambo mengatakan
hal itu. tapi apa boleh buat, aku tidak memiliki hak untuk melarang apalagi
untuk cemburu. Dan aku segera mengusir pikiran buruk itu dari pikiran ku.
“oia Ule’, ada semut dijalbab mu !.” Ucap Rambo
“astaguletullah, masa ? dimana?”
aku reflex membersihkan seluruh jilbab ku dengan ke dua tangan ku. Namun
tiba-tiba… ”
“hahaha, seolah olah ja’ juliet. Oia,ku tungguki
di
turnamen nanti. Bye.” Tiba-tiba Rambo mendekatkan wajah nya kearah ku dan
membisikan kata-kata itu tepat di telinga ku. Ya tuhan… sungguh, apakah ini
nyata? aku sedang tidak bermimpi bukan?. Aku hanya bisa terpaku dalam diam,
membayangkan dan mengingat setiap inci gerakan serta ucapan yang baru saja Rambo katakan pada ku. Tutur
katanya, tatapan nya dan cara nya yang membuat ku salah tingkah seakan menjadi
setetes air hujan yang mampu menyejukan hati ku.
“Makasih nah dating
semuaki di trunamen.”
Ucap Rambo
saat kita sedang berada di Gor untuk menyaksikan turnamen basket antar sekolah
Se-Polewali Mandar.
“Rambo. Selamat ya atas kemenangan nya.
Sebagai hadiah nya, nanti ku traktir ki nanti ke warungnya Kindo Mina. Minum Es
Cinta (Cindol Anna Tape), heheh” Ucap ku seraya menjulurkan tangan ku di susul dengan Cicci yang berjabat tangan
dengan Rambo. Alhamdulilah, untuk yang ke sekian kali nya team basket
sekolah ku menjadi juara dalam turnamen basket antar sekolah Se-Polewali
Mandar.
“wahh boleh-boleh. Asik, minum
boramiki nanti Es Cinta ( Cindol Anna Tape ). oia, mauka’
bicara dulu sama Cicci, boleh ji toh ? Tanya Rambo.
“oh iya. Silahkan. “ dan aku
membiarkan mereka pergi. Aku hanya mematung dan bertanya dalam hati, apa yang
sedang mereka bicarakan.
Satu
minggu kemudian acara Perpisahan pun di selenggarakan. Acara nya berjalan dengan lancar dan
sesuai rencana. Selama kegiatan tidak terjadi hal-hal yang aneh.
Hanya saja aku sering melihat Rambo mendekati Cicci, namun Cicci selalu menghindar. Entah apa yang terjadi diantara mereka
berdua. Aku hanya bisa menyimpan Tanya karena aku tidak ingin banyak bicara.
Wajar saja kalau mereka berdua dekat satu sama lain, toh mereka juga berteman
sejak kita masuk di sekolah ini.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Sekarang aku
sudah semester akhir. Dan beberapa bulan lagi aku akan melaksanakan Ujian
Nasional. Ujian yang akan menentukan nasib ku selama tiga tahun menuntut ilmu
di sekolah ini. Kini kegiatan lain sudah aku tinggalkan, aku mulai fokus untuk belajar, sudah
banyak tugas, ujian praktek serta ujian akhir sekolah siap menanti ku sebelum
aku melaksanakan Ujian Nasional.
Aku pun sudah jarang
bertemu dengan Rambo meskipun kita satu sekolah. Ya.. aku maklumi, hal ini
terjadi mungkin karena kami berbeda kelas. Aku semakin menyibukan diri ku
dengan kegiatan pendalaman materi di tambah lagi dengan bimbel private yang
setiap sore rutin aku laksanakan di rumah bersama guru les ku. Hal ini aku
lakukan agar aku bisa lulus dengan nilai yang baik dan bisa mendapatkan
beasiswa untuk melanjutakn kuliah di Jogja... Amin Al-fatiha…
Ya…
sekolah ku memang menjalin kerja sama dengan beberapa universitas ternama di
Yogyakarta. Aku ingin sekali mendapatkan beasiswa itu, apalagi mendapatkan beasiswa
untuk fakultas Ilmu Komunikasi. Menjadi seorang jurnalis adalah mimpi terbesar ku.
“Juliet, bemana
perasaanmu dengan ujian nasional?” Tanya Cicci saat kita sedang berada di kantin.
“alhamdulilah sudah cukup baik. Ya
semoga saja hasil belajar ku selama ini ndag sia-sia ji.”
“amin.” Lalu Cicci tersenyum manis.
“oia, lanjut
dimana ko nanti ?”
Tanya ku
“tetap ja saya di Polewali. Mauka kuliah disini dan cari
kerja disini. Kalau kau?”
“emm.. ndag ma’
ini, tapi lagi usahaka buat dapapt beasiswa di Jogja. Mu tau ji
toh kalo mauka jadi jurnalis ?”
“iyah ku tauji
beb. Itu
kan mimpi besar kamu. Aku doakan semoga terwujud.” Lalu aku dan Cicci saling menebar senyum.
“hey, lagi gossip apa ?” tiba-tiba Rambo datang dan mengambil
posisi duduk di samping Cicci.
“lagi ngebahas tentang rencana kita
setelah lulus.” Jawab ku
“maaf, duluan ka nah ?. mauka ke Lab, dulu.” Ucap Cicci seraya pergi
meninggalkan aku dan Rambo. Lagi-lagi Cicci menghindar setiap kali ada Cicci di dekat nya. Hemph…
entah lah, aku ndag mau ambil pusing.
“kenapa itu Cicci? kalau ku
perhatikan, menghindar
terus setiap kalo adaki Rambo.’
“emmm… ndag tau
maka juga.”
“oia setelah ini, mau ki
lanjut dimana ?”
“aku sih mau stay di polewali
ja’ saja.
Soalnya…?”
“soalnya apa?” Tanya ku penasaran
“soalnya someone special aku akan
tetap stay disini.”
Bagai disambar petir di siang
bolong, aku tercengang mendengar ucapan Rambo. Someone special? siapa? apakah Cicci? karena Cicci akan tetap stay di Poleali. Ahh aku rasa bukan.
Mana mungkin Cicci. Aku segera menepis pikiran itu. karena tidak mungkin jika
sahabat ku tega mengkhianati ku. Tak sadar aku meneteskan air mata ku. Aku
pergi meninggalkan Rambo. Aku menangis terisak dengan sesak!.
Setelah
ujian berakhir, aku mendapat kabar dari bapak kepala sekolah jika aku
mendapatkan nilai terbaik dan berhak untuk mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliah di Jogja. Tanpa pikir panjang aku segera menerima tawaran beasiswa
itu. aku mulai mempersiapkan diri ku untuk keberangkatan ku ke Jogja tiga hari lagi. Aku
senang karena aku berhasil mendapatkan apa yang ku mau. Ini mimpi ku dan aku
segera mewujudkan nya.
“selamat nah, semoga mimpi mu untuk
menjadi seorang Jurnalis dapat tercapai.” Ucap Cicci saat dia mengantar ku ke airport.
“iya. Maksih Beb. Makasih juga karena
selama ini kamu sudah jadi sahabat yang baik buat aku. Sering-sering kabari sya nah.” ucap ku seraya
memeluk Cicci.
“Ulet, boleh ka nanya
sama kamu nah ?”
“apa?”
“bemana mi perasaanmu sama Rambo ? sudah
muungkapkan nah ?”
“hemph… kayak nya mauka kuubur perasaan ini
dalam-dalam. Mauka juga berusaha lupakan ih . Karena dia lebih mencintai orang lain.”
“yakin, bisa ?”
“yakin ka’ beb, aku pasti bisa. Percaya deh sama saya.” Aku tersenyum walau
sebenarnya hati ku sangat rapuh. Entah siapa wanita yang Rambo cintai. Hingga saat
ini, perasaan yang terpendam tiga tahun lalu, harus ku bisa ku buang jauh-jauh
dari hati ku.
Aku
menjalankan tugas ku sebagai seorang mahasiswa sebagaimana mestinya. Terkadang
aku masih sering mengingat masa-masa SMA dahulu. Aku sering memikirkan, siapa
wanita yang dicintai Rambo selama ini. Selama aku tinggal di Jogja, banyak hal yang
sebenarnya ingin aku ceritakan kepada Cicci. Namun aku selalu mengurungkan
niat ku karena aku takut mengganggu kuliah Cicci disana. Jadi selama 2 tahun belakangan
ini, aku tidak pernah menghubungi Cicci meskipun lewat sms atau telepon.
Aku hanya sering melihat beranda nya dalam dunia maya. Dan aku rasa dia
baik-baik saja. Selama 2 tahun pula aku tidak pernah pulang ke Polewali. Aku rindu Polewali, aku rindu Kindo Mina, aku rindu
sekali dengan kenikmatan ES CINTA ( Cindol anna Tapenya ) aku rindu ke dua orang tua ku, aku
rindu Cicci dan terlebih Rambo.
Saat
ini aku sedang menyelesaikan skripsi ku. Dan insya allah bulan depan aku akan
di wisuda. dan setelah itu aku akan pulang ke Polewali dan akan menemui Cicci serta Rambo.
Hari
ini aku bahagia sekali. Karena aku akan bertemu dengan Rambo dan Cicci. Kami bertiga akan
bertemu warung Kindo Mina. Aku sudah tidak sabar untuk
member tahu mereka jika aku sudah menjadi seorang jurnalis. Mimpi ku telah
tercapai. Ya… mimpi ku!
“asalamualaikum bebbb..” ucap Cicci seraya menghampiri ku
dan memeluk ku. Dan aku duduk bersebrangan dengan Cicci serta Rambo. Aku, Rambo, dan Cicci membicarakan banyak
hal. Terutama Mengenang masa-masa SMA dahulu. Obrolan kami berjalan dengan baik
tanpa ada terjadi hal aneh. Semua terasa biasa saja. Dan aku bahagia dapat
bertemu dengan Rambo kembali. Jujur.. selama 2 tahun aku di Jogja, aku tidak bisa
melupkan Rambo sedikit pun. Dan hati ku masih di kuasai oleh sosok indah itu.
“ulet, ada yang mau aku sampaikan sama kamu.” ucap Rambo
“apa itu ambo’?”
“ini undangan pernikahaku. Datang ki nah ?.” Ya allah… apakah ini mimpi? Rambo
menikah? menikah dengan siapa? seakan-akan hati ku terluluh lantahkan. Tubuh ku
kaku. Aku lemas, air mata ku mulai mengembang namun aku berusaha menahan nya.
Dan ku buka perlahan kertas undangan itu.
“Cicci Citra Cinna
Cestari?” ya
tuhan… itu semakin membuat ku terluka. Rasanya aku ingin mati saat ini juga. Cicci,
sahabat yang selama ini aku anggap baik dan sudah seperti saudara ku sendiri,
dia tega mengkhianati ku seperti ini. Untung lah aku masih bisa menahan air
mata ku.
“kenapa ko uliet ?” Tanya Cicci
“ndag . A… aku ndag nyangka saja kalau kalian mau
menikah.”
“ndag marahko sama saya ulet? sudah kuceritakan semua nya ke Rambo tentang
perasaan mu. Dan kamu juga bilang kalau kamu akan berusaha untuk lupakan i Rambo.” Ucap Cicci
“jadi selama ini, wanita yang
dicintai Rambo adalah kamu nah ?”
“iya ulet, itu sebabnya kenapa Rambo
sering titip salam ke kamu buat sya waktu kita masih SMA dahulu. Waktu
di turnamen basket, sebenarnya Rambo na tembak ka tapi ku tolak ii karena ndag enakka sama kamu. Dan itu
sebabnya, kenapa selaluka menghindar setiap kali ada Rambo, karena mauka jaga perasaanmu. Dan
setelah kamu pergi bahkan bilangko akan lupakan Rambo, di situ mulaima’ berani untuk mencintai
Rambo. ndag marah jiki
ulet nah?” Jelas Cicci panjang lebar. Sungguh ini semua membuat
sangat hampa. Andai Cicci tau jika aku tidak pernah bisa untuk melupakan Rambo.
“untuk apa marahka’ ? itu hak kalian.
Selamat atas pernikahannya. Dating ja’ itu. Maaf mau ka dulu pergi. ada janjiku sama orangtuaku mau makan malam di
rumah.” Lalu aku pergi meninggalkan mereka. Selama perjalanan aku tak bisa
menghentikan air mata ku. Rasanya hidup ini sudah tidak ada artinya lagi. 2 tahun aku berusaha
melupakan Rambo namun yang ada hanya rasa cinta yang semakin besar. Namun apa
kenyataan yang aku dapat setelah aku kembali ke jogja? justru obat
penawar rindu yg
pahit yang harus aku terima.
“Nak, kenapaki? kok sedih? harusnya senangki sudah ketemu sama Rambo dan Cicci.”
“hmm.. lagi ndag mauka bahas I tentang
mereka ma’. “
aku duduk dengan lesu
“ya’ sudah minum mi dulu itu ES Cinta. Sudah
topaki ku belikan ki nak, jangan mi dulu sedih, nanti Cantik dan manis nya hilang I nak.” Ucap ibu ku dengan
senyuman.
“kita kira, saya ini Cindol yang rasanya
manis.’’ucap ku dengan nada manja
“hamma’ manis sekali ki nak kayak
Cindolnya Kindo Mina..” Gombal
Ibu.
“iya ma’, tapi kisah cinta ku ndag semanis Cindol,
tapi seasam Tape I ma’.!”
aku melemparkan kertas undangan itu ke atas meja dan meninggalkan ibu ku. Dan
aku segera menuju kamar dengan berlinang air mata.
SELESAI